watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KORBAN PELET YANG KETIGA

Aku kenal Sofie ketika pulang dari rumah Oom
Dhar. Perjalanan Jakarta – Semarang kami
tempuh dengan naik pesawat. Tak ada yang
istimewa dari perjalanan itu selain aku bisa
berkenalan dengan salah seorang pramugarinya
yang sexy. Namanya Sofie, tubuhnya sedikit
kurus tapi buah dadanya montok banget.
Sebenarnya kulit tubuhnya agak gelap, tapi tak
apalah, kesannya kayak cewek latin. Aku
berpura-pura pergi ke toilet, tapi sebenarnya
menemui cewek pramugari itu. Langsung saja
aku ajak cewek itu berkenalan dan sok ramah
tamah memberikan nomor HP. Dari situah aku
tahu bahwa Sofie yang berumur 28 tahun itu
sudah menjanda tanpa anak. Dan akupun jadi
tahu kalau Sofie hidup sendiri di sebuah rumah
di daerah Bintaro.
Ketika pesawatnya mendarat segera aku
berpura-pura tidak bisa melepas sabuk
pengamannya. Dengan senyum penuh
pengertian Sofie datang membantu, tentu saja
diiringi dengan ledekan keluargaku.
“Mbak bisa bantu lepaskan sabuk pengaman
saya.” pintaku.
“Oh iya, tentu saja. Penerbangan pertama yah?”
kata Sofie ramah.
“Iya, begitulah.” jawabku.
“Yah.. begitulah..” ledek Ingrid adikku yang
kemudian segera aku pelototi.
Keluarga segera turun lebih dulu seakan
memberikan kesempatan padaku. Itulah yang
aku suka dari keluargaku, selalu pengertian.
Sehingga akupun memiliki kesempatan ketiga,
“Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang
bayine Dony Bara. Geni abang napsu abang,
manjingo ing jabang bayine wanito ing netro.
Geni abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur
jiwo. Leburen jiwane manungal ing jabang
bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur..”
“Mbak Sofie..”
Sofie yang masih sibuk melepaskan sabuk
pengamanku yang segaja aku belitkan
sebelumnya. Dan fuuhh.. tepat ketika dia
memandangku.
“Apa kita bisa ketemuan habis ini?” tanyaku
kemudian.
“Oh.. ah.. iya.” jawabnya sedikit linglung.
“Dimana?” tanyaku lagi.
Dengan terburu-buru Sofie menyelipkan
selembar kartu nama ke saku hemku dengan
berbisik,
“Jam tujuh.”
Lalu segera berlalu dengan kerlingan matanya
yang indah. Dan akupun segera berlalu
menyusul keluargaku yang telah menunggu.
Jam tujuh malam. Aku sudah berada di depan
rumah mungil bercat hijau itu. Aku ketuk
pintunya perlahan. Sofie membukakan pintunya
dengan senyum merekah.
“Hai Don, aku tak sabar menunggumu.”
Aku segera masuk ke dalam ruang tamunya
yang tak begitu luas tapi tertata apik. Tapi aku
lebih tertarik pada Sofie yang sexy. Apalagi Sofie
langsung saja menarikku ke dalam kamarnya
yang hangat.
“Aku sangat tersanjung dengan
penyambutanmu, Sofie.” kataku kemudian
duduk di daybed dekat jendela kamar.
“Bagaimana menurutmu dengan penampilanku,
Don?”
“Lingerin itu sangat cantik kau kenakan. Aku bisa
melihat tubuhmu yang indah.” kataku
memandangi Sofie yang membelai setiap lekuk
tubuhnya dari wajah sampai pahanya yang
terbalut lingerin merah menyala yang cool tipis.
“Laluu..?” desahnya menggugah birahiku.
“Aku bisa memandangi dadamu yang kencang
dan montok itu hingga menjadi gila.” kataku
memandangi Sofie yang meremas-remas kedua
buah dadanya yang bersembunyi di balik
lingerin yang membuat Sofie nampak semakin
adult itu.
“Ooohh.. laluu..” desahnya memacu libidoku.
“Aku bissa memandangi perutmu yang langsing
hingga aku makin bergairah padamu..” kataku
sambil memandangi Sofie yang membelai
perutnya yang langsing terbuka tanpa terbalut
kain apapun hingga membuat jantungku
berdetak keras.
“Laluu.. Doonn..” desahnya membuat nafasku
tersengal.
“Aku bisa memandangi pahamu yang sekal
sampai aku merasa ingin selalu membelainyaa..”
kataku sambil memandangi Sofie yang
mengelus pahanya yang terbalut stoking tipis di
atas kursi.
“Lalu.. apalagi Donn..” desahnya semakin
panjang.
“Aku.. bisa memandangi bokongmu yang padat
dan kenyal sampai.. membuat air liurku bagai
menetes.” kataku sambil memandangi Sofie
yang meremas kedua bokongnya yang sengaja
menungging memancing gairahku yang
semakin membakar.
“Teruss.. apalagi Doonnyy..” erang Sofie.
“Aku bisa..”
“Bissa apaa.. sayaanng..” desah Sofie sambil
membuka resleting lingerinnya yang melingkar
menutupi bagian kemaluannya.
“Aku.. bisa.. memandangi pussymu.. yang ingin
aku korek dengan nagakuu.. manis..” kataku
sambil melucuti kaos dan celana jeansku.
Segara saja aku menyergapnya, dan kami
bercumbu dengan penuh gairah. Kami
berciuman, beradu lidah dan bergantian
mengisapnya. Kuciumi semua permukaan
wajahnya dan kujilati semua lekuk wajahnya.
Hingga lidah Sofie menjulur menjilat lidahku lalu
menghisapnya kuat-kuat.
“Aaacchh.. Soff.. ummhh..” desahku dengan
nafas tersendat-sendat menahan gemuruhnya
kawah birahi yang seakan ingin meluap.
Tanganku tak diam. Membelai kelangsingan
perutnya, punggungnya, dan meremas-remas
bokong Sofie yang padat. Kemudian tanganku
membelai vaginanya yang menyembul dari
lingerinnya yang melekat ketat di tubuhnya. Jari
manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran
vagina Sofie. Lalu jari tengahku menekan-nekan
klitorisnya dengan penuh sampai membuatnya
mendengus manja.
“Oooh.. sshh.. terus.. say.. iya.. enak disitu..
uuhh..!”
Lendir kenikmatan Sofie membasah di jari-jariku.
Gerakannya menggila meremas-remas rambut
dikepalaku yang serasa mau rontok saja. Lalu
jemari Sofie menurun membelai-belai
punggungku dan cumbuannya beralih pada
dadaku yang berbulu kemudian menciumi kedua
puting susuku yang kecil dan dihisapnya penuh
perasaan.
“Aaahh..” pekikku penuh dengan perasaan yang
sebelumnya tak pernah ada.
Baru kali ini puting susuku dihisap oleh cewek
dan rasanya.. geli dan nikmat banget. Sekali
kesempatan aku buka resleting lingerinnya dan
Sofiepun menarik perlahan lingerin itu seiring
cumbuannya pada daerah sekitar perutku.
Darahku bagai berhenti mengalir ketika Sofie
menghisap pusarku lalu menjilati lubangnya
dengan lidahnya.
“Aachh.. Soff.. kamu pintar sayang..” mulutku
menceracau tak karuan.
“Ssst.. tenanglah say.. aku akan
menikmatkanmu..” ujarnya sambil merosot
CDku. Dan dengan sigap disepongnya penisku
yang sudah penuh dengan tegangan tinggi itu.
“Ssooff.. ahh.. enak say.. sambil mainkan
buahnya say.. aduh nikmatnya.. ohh..” erangku
penuh emosi birahi.
Saking tak tahannya aku terduduk kembali di
daybed dan Sofie mengikuti dengan berjongkok
dengan tubuhnya yang sudah bugil itu. Seluruh
persendiaku terasa mau pecah oleh permainan
lidah Sofie yang menjilat-jilat ujung penisku yang
merah membara dan permainan bibirnya ketika
tangan Sofie membimbing penisku masuk keluar
rongga mulutnya. Reflek kutarik dan
kumasukkan kembali penisku ke arah mulutnya
berulang kali. Sedangkan tanganku mulai sibuk
mencari-cari payudara Sofie yang
menggelantung di dadanya. Ah.. eh.. desah
Sofie di sela-sela penisku merasakan setiap
cubitan-cubitan kecil di puting susunya. Ketika
aku meremas-remasnya, terasa begitu kenyal
daging yang tumbuh tak proporsional dengan
badan Sofie itu.
Permainan lidah Sofie semakin menjadi-jadi
hingga membuat nafasku seakan tak bisa
mengimbangi semangatnya. Sofie terus
mengenyot-ngenyot penisku dan menekan-
nekannya sambil mempermainkan buah
zakarku. Mendadak saja aku merasakan bahwa
magmaku ingin menyembur keluar.
“Aduh.. sayy.. aku hampir nyampe.. aku tekan
yaa..”
Sofie mengeluarkan batang penisku dari
mulutnya dan aku segera menekannya lalu
croot.. croot.. air maniku keluar banyak banget
dan menyembur ke wajah Sofie, seluruhnya.
Cairan putih kental itu nampak menjijikkan. Tapi
Sofie dengan nikmat menjilatinya. Aku mengelap
mukanya dengan lingerinnya. Sofie kembali
melumat 1/2 bagian penisku lalu menghisapnya
hingga air maniku habis keluar.
“Mmmhh.. ahh.. spermamu enak say..” katanya
sambil mengocok ngocok penisku di dalam
mulutnya. Penisku kembali bangun dan
menyodok-nyodok rongga mulut Sofie. Makin
absolutist muka Sofie nampak memerah
nafasnya berat dan mendesah-desah.
“Shh.. aahh.. ahh.. Doonn aku hampir sampai
nih..” katanya sambil mendongak kearahku.
“Kamu nungging bell sayang..” kataku. Sofie
segera menunging membelakangiku. Tanganku
berpegangan pada payudara Sofie yang
menggantung bebas sedangkan Sofie
menjadikan pahaku sebagai pegangan. Setelah
siap segera aku mengambil ancang-ancang
menyodokkan penisku kearah lubang vaginanya
yang licin dan basah.
Sleepp.. bless.. aku langsung memasukkan
batang penisku terburu-buru. Kepala penisku
dengan mudah menembus lorong kawin Sofie
yang tak perawan lagi itu.
“Aachh.. uhh..” pekiknya membakar gairahku.
Kutekan penisku agar menghunjam lebih dalam
lagi. Dan akupun segera menggoyangnya dari
belakang.
“Aduh Donn.. enak terus.. yang cepat say.. shh..
ahh.. oohh..!”
Ssuurr.. lendir kenikmatan Sofie menghangat di
sekujut penisku. Segera kutarik dan kumasukkan
kembali batang penisku kearah vaginanya. Sofie
semakin menceracau ketika aku kembali
menggoyangnya dan diapun menggoyangkan
bokongnya. Tangannya menuntunku meremas-
remas payudaranya yang semakin besar dan
kencang karena bengkak.
“Iya.. gitu yang.. remas terus..”
“Kita kekasur yuk say..” kataku.
Sofiepun menurut dan segera menghempaskan
tubuhnya terlentang di kasur. Aku segera
berjongkok di atas perutnya dan mencumbui
sekwildanya sedangkan naga kecilku ikut-ikutan
menusuk-nusuk susu Sofie. Aku remas-remas
payudara Sofie itu dengan sedikit kasar tapi
menggairahkan buktinya Sofie menggeliat-geliat
merasakan amukan badai cinta. Aku remas terus
kedua buah dada yang mengeras itu sambil
sekali-kali menekan-nekan putingnya. Sofie
mendesis-desis,
“Sayang.. kamu hot banget..”
Aku membalas ucapan Sofie dengan ciuman di
bibirnya. Mau tak mau tubuh kami mendekat
hingga naga kecilku menempel diulu hatinya.
Kemudian Sofie menangkapnya lalu
membelainya dengan mesra. Birahiku kembali
meluap.
“Sofie.. sayang.. payudara kamu kok gede
banget sih say..” kataku kemudian.
“Penny kamu juga gede Don.. aku suka..” jawab
Sofie menggelitiki ujung kepala penisku.
“Aachh.. kamu nakal. Aku makan nih ehmm..”
Langsung saja aku kulum puting payudara Sofie.
Cewek itu melenguh menggenggam-genggam
penisku. Aku segera membalasnya dengan
menghisap payudaranya kuat-kuat.
“Ohh Donny.. kamu panas banget.. ohh..” desah
Sofie sambil meremas penisku sampai rasanya
ingin remuk. Aku serang payudaranya semakin
garang. Aku terdengar detak jantungnya yang
memburu berpacu dengan naluri bercinta kami.
Tangan kiriku segera bekerja menyusuri goa
kemaluan Sofie yang semakin becek aku telusuri
lorong-lorong sempitnya, aku pelintir juga
clitorisnya yang berdenyut-denyut. Tiba-tiba
Sofie mengerang,
“Achh.. uuhh.. Donny.. entotin aku lagi say..”
pinta Sofie.
Tapi aku belum puas bermain-main. Segera
kuangkat tubuh Sofie, lalu kuletakkan bantal
dibawah pantatnya. Nampak paha mulus Sofie
masih terbalut stocking tipis. Terlihat pula goa
kenikmatan Sofie yang berbulu tipis licin
mengkilap. Penisku makin menegang. Sofie
mengerang saat jari telunjukku menguak kedua
dindingnya yang merah. Otot pahanya
meregang saat kujilati bagian dalamnya dan
menusuk-nusuknya.
“Aaahh.. sstt.. oohh..!” rintih Sofie tiada aku
perdulikan aku segera menghisap clitorisnya.
“Ouuwww.. ooh.. sshh.. say.. cepet masukin!”
rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris
seperti jeritan.
Tiada tega aku mendengarnya maka segera saja
aku tekan penisku memasuki lubang kawinnya
yang menganga. Bless.. masuk! Segera saja aku
pompa masuk keluar masuk keluar lalu berputar.
“Ogghh.. terus sayang.. nikmat sayang.. terus
sayangg..”
Aku terus memompa sampai rasanya lubang
kawin Sofie berdenyut-denyut. Dan tak absolutist
kemudian kami merasa akan mencapai
oragasme lagi.
“Ssshhtt.. aahh..” rintih Sofie.
“Hoohh.. aahh..” erangku bagai teriakan.
Aku cabut penisku dari vagina Sofie. Lalu kami
terlentang diatas kasur empuk itu. Bau keringat
kami berbaur, demikianpun bau lendir-lendir
kenikmatan kami. Nafas kami berangsur
accustomed kembali.
“Don, makasih ya kamu mau capital denganku
malam ini.”
“Makasih juga sama pussymu yang
memuaskanku malam ini, Sof.”
Malam itulah kali pertama aku capital sex sama
cewek yang bukan perawan. Rasanya lain
banget, tapi sofie istimewa hingga kemudian aku
merasa belum saatnya menghapus lebur jiwo
dari diri Sofie. Aku ingin mengulanginya lain hari.


Adult | GO HOME | Exit
1/1281
U-ON

inc Powered by Xtgem.com